Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Tegukan Penutup dari Cawan Terakhir

Tegukan Penutup dari Cawan Terakhir



Oleh : Muliadi Saleh, Direktur Eksekutif SPASIAL, Trainer Motivator

RAMADAN, bulan yang begitu dicinta, kini berdiri di ambang kepergiannya. Waktu telah menuntun langkahnya hingga ke ujung, dan aku, dengan hati yang bergetar, menatapnya dengan lirih. Ada kehangatan yang ingin kugenggam, ada keindahan yang enggan kulepaskan. Namun, sebagaimana segala yang datang pasti akan berlalu, Ramadhan pun mesti mengucap salam perpisahan.

Di dalam dada, rasa berkecamuk tanpa rupa. Ada kegembiraan yang menjelma cahaya, menyambut Syawal dengan tangan terbuka. Namun, ada pula kesedihan yang mengendap, seolah-olah jiwa ini belum cukup kenyang menikmati manisnya ibadah, belum cukup puas meneguk kesejukan malam-malam penuh ampunan.

Aku raih cawan itu perlahan. Tegukan terakhir ini bukan sekadar pelepas dahaga, melainkan simbol dari perjumpaan yang usai. Aku menyesapnya perlahan, merasakan tiap bulir yang menyentuh lidah, mengalir melalui tenggorokan, hingga menyatu dengan diri. Seperti Ramadhan yang meninggalkan jejaknya di sanubari, tegukan ini pun mengendap dalam ingatan.

Ketika bibirku berpisah dari cawan, hatiku lirih berbisik: Ya Rabb, andai Engkau berkenan, pertemukan aku kembali dengan bulan penuh rahmat ini. Izinkan aku merasakan lagi kesejukan yang tak tergantikan ini.

Langit malam tetap benderang, tetapi ada kekosongan yang tak bisa dijelaskan. Ramadhan telah berpamitan, meninggalkan harapan agar esok, jika takdir mengizinkan, kita kembali berjumpa. Dan di antara suka cita Syawal yang menjelang, hati ini tetap menyisakan ruang untuk merindukan bulan yang kini berlalu.
-Moel’S@30032025-



Posted

in

by

Tags: