Aktif Bergerak Halau Hipertensi

Aktif Bergerak Halau Hipertensi


Hai Jels! hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor risiko penyebab penyakit kardiovaskuler dan kematian. Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan kejadian penyakit kardiovaskuler dan penyakit ginjal kronis. Seseorang dikatakan tergolong hipertensif jika tekanan darah sistolik selalu mencapai 140 mmHg ke atas dan/atau tekanan darah diastolik selalu mencapai 90 mmHg ke atas.

“Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan penggunaan obat sesuai aturan dokter dan menjaga pola makan. Selain itu, diperlukan juga untuk rutin melakukan aktivitas fisik,” papar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Dietisien Universitas Esa Unggul, Citra Kartika Sulistyaning Pertiwi.

Orang dengan aktivitas fisik yang kurang berisiko untuk terjangkit penyakit kronis. Panduan World Health Organization (WHO) tentang aktivitas fisik dan kebiasaan sedenter menyebutkan bahwa 150 menit aktivitas fisik sedang atau 75 menit aktivitas fisik berat dalam seminggu dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. WHO juga menekankan pada pengurangan waktu duduk dan mengganti waktu tersebut untuk beraktivitas fisik. Latihan fisik yang dilakukan secara rutin dapat menunjukkan penurunan yang lebih stabil pada tekanan darah.

Baca juga : Jangan Abai, Minum Obat Hipertensi hingga Tekanan Darah Normal

“Latihan aerobik, secara spesifik berjalan, sering direkomendasikan untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler oleh sebagian besar penelitian dan panduan, terutama untuk penurunan tekanan darah. Latihan ketahanan seperti squats dan push up juga menunjukkan efek penurunan tekanan darah pada kelompok dengan hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik terutama latihan fisik dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah,” imbuh Citra.

Frekuensi latihan fisik yang optimal untuk menurunkan tekanan darah adalah sebanyak tiga kali dalam seminggu. Hal ini disebut dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 9,16 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 5,55 mmHg. Latihan dengan intensitas sedang sampai berat juga menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan.

Jaga Asupan Makanan

Baca juga : 7 Cara Mengurangi Risiko Tekanan Darah Tinggi pada Anak

Selain dengan aktivitas fisik, pengaturan makan juga perlu diperhatikan untuk mencegah dan mengontrol hipertensi dengan memperhatikan asupan zat gizi, salah satunya asupan natrium yang berlebih atau lebih dari 2 gram per hari berhubungan dengan tekanan darah yang tinggi. Sebaliknya, penurunan asupan natrium dapat membantu penurunan tekanan darah.

“Contoh makanan dengan kandungan tinggi natrium yang sebaiknya dibatasi adalah garam, penyedap rasa, pengawet makanan, makanan yang diawetkan terutama dengan metode pengasinan, roti, biskuit, makanan kemasan atau cepat saji, saus-sausan, pasta, dan jerohan,” kata Citra.

Adapun zat gizi yang baik dikonsumsi untuk penderita hipertensi adalah kalium. Kalium dapat membantu merelaksasikan pembuluh darah dan meningkatkan pembuangan natrium dari dalam tubuh sehingga tekanan darah pun menurun. Makanan tinggi kalium yang direkomendasikan untuk dikonsumsi antara lain adalah pisang, alpukat, air kelapa, ikan, melon, jamur, kentang, bayam, dan tomat.

“Aktivitas fisik dan pengaturan makan yang baik dapat memberikan efek penurunan tekanan darah jika dilakukan dengan benar rutin. Maka dari itu, rutin menjaga gaya hidup dan beraktivitas fisik berkontribusi dalam mencapai kehidupan yang lebih sehat,” pungkas Citra. (B-2)

 

 

 


Posted

in

by