JAKARTA, Waspada.co.id – Rasulullah Muhammad SAW merupakan teladan mulia bagi umat manusia. Setiap sisi kehidupan beliau menunjukkan kepribadian yang agung.
Sebagai seorang kepala keluarga, Nabi SAW juga menunjukkan akhlak yang teramat mulia. Di antara sifat beliau ialah romantis terhadap pasangan.
Sebagai contoh, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dari ‘Aisyah riadhiallaahu ‘anha, “Bahwa Nabi SAW mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu”. (HR Ahmad).
Hal ini menunjukan bagaimana Rasulullah SAW mengekspresikan cinta kepada istrinya dengan sederhana dan bersahaja. Hadis ini juga memperlihatkan tentang kelembutan Rasulullah SAW dalam memperlakukan istri-istrinya.
Nabi SAW pun senang memanjakan istrinya. Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah SAW dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).
Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.
Dalam memperlakukan istri-istrinya, Rasulullah SAW bukan saja dengan kelembutan. Tak segan-segan Rasulullah SAW mengerjakan perkerjaan mereka. Di antaranya mencuci pakaian.
‘Aisyah umul mukminin mengisahkan, “Rasulullah SAW pernah mencuci pakaian bekas kami, lalu keluar untuk menunaikan shalat dengan pakaian tersebut, dan saya masih melihat bekas cucian itu.” (HR Bukhari Muslim).
Bayangkahlah! Muhammad SAW adalah seorang nabi dan rasul. Manusia yang derajatnya ditinggikan Allah SWT. Beliau juga seorang pemimpin umat. Namun, beliau tak segan mengerjakan perkerjaan rumah yang biasa dikerjakan istrinya: mencuci baju.
Saat itu, masyarakat Arab masih menganggap perempuan sebagai manusia kelas kedua. Bahkan, orang-orang Jahiliyah menganggap, anak perempuan sebagai suatu aib. Perempuan dewasa dianggap najis ketika sedang haid. Waktu itu, orang tak sedikit yang menolak makan bersama wanita haid.
Sementara, Rasulullah SAW mengajarkan untuk memperlakukan perempuan dengan hormat. Hal itu ditunjukan, misal, ketika Nabi SAW tidak sungkan mandi dari sisa air istrinya. Dari Ibnu Abbas, “Bahwa Nabi SAW pernah mandi dari air sisa Maimunah.” (HR Muslim).
Semua hal yang dilakukan oleh Rasulullah menunjukan bahwa Rasulullah sangat memahami psikis dan perasaan wanita. Rasulullah SAW pun menghargai persamaan. (wol/republika/mrz/d2)